Mengenal The Latte Factor, Jebakan Untuk Para Milenial
Banyak dari kita mungkin asing dengan kata – kata The Latte Factor ini. Bisa diartikan bahwa The Latte Factor adalah pengeluaran kecil tak terasa tapi dampaknya besar. Latte factor biasanya dilakukan oleh orang – orang dalam menghabiskan penghasilan dengan cara melakukan hal rutin setiap hari dari hal – hal kecil.
Istilah latte ini pun dipilih karena banyak orang yang menyukai kopi dan harus mengonsumsinya setiap hari. Hal ini pun dilakukan oleh anak muda hingga orang dewasa. Ketergantungan yang dilakukan setiap hari ini lah yang menjadi faktor terbentuknya konsep ini.
Pencetus Latte Factor
David Bach bersama John David Mann memperkenalkan istilah faktor latte lewat buku mereka yang berjudul The Latte Factor : Why You Don’t Have to be Rich to Live Rich. Buku ini dicetak dan diedarkan dengan banyak sekali penggemar bahkan sempat menjadi buku terlaris. Sampai sampai buku ini juga terbit dalam versi e-book yang dapat dibeli di beberapa e-commerce terpercaya.
Konsep Latte Factor ala David Bach adalah mengubah pengeluaran rutin yang tidak penting menjadi investasi. mereka menganalogikan dengna tambahan latte (susu) pada kopi yang mungkin sebetulnya terkesan sepele, murah, dan tak terasa. Padahal ternyata jika kita menyisihkan uangnya untuk investasi, hasilnya membuat banyak orang terkejut.
Latte Factor Dalam Ongkos Layanan Antar makanan
Misalnya kamu mempunyai kebiasaan membeli makanan lewat ojek online sebanyak 2 kali sehari. Sekali jalan, ongkos kirim makanannya sekitar Rp 6.000, berarti sehari Rp 12.000 atau Rp 4,37 juta dalam setahun. Jika pengeluaran itu dialihkan jadi investasi dengan imbah hasil 5% per tahun. Berapa total hasilnya setelah 25 tahun?
Total ongkos layanan antar ojol selama 25 tahun akan menjadi Rp 109,44 juta. Angka yang sangat fantastis sekali hanya dari uang yang biasanya kita habiskan sehari – hari tanpa sadar. Jika diinvestasikan pada instrumen dengan imbah hasil 5% per tahun, maka pendapaatan bunga majemuk selama 25 tahun senilai Rp 107,8 juta. Jadi total aset dari pengalihan pengeluaran makanan lewat ojol selama 25 tahun senilai Rp 217,24 juta.
Latte Factor Dalam Platform Streaming Musik
Musik adalah hal yang disukai oleh orang – orang. Bahkan banyak dari orang yang tidak bisa hidup tanpa mendengar musik. Kali ini coba kita hitung biaya langganan platform streaming musik. Jika kamu alihkan pada layanan musik gratis yang legal, pengeluaran ini bisa dialihkan untuk investasi.
Biaya streaming musik Rp 50.000/bulan. Artinya pengeluaran selama setahun adalah Rp 600.000. Bagaimana jika uang itu diinvestasikan dengan imbah hasil 5% per tahun selama 25 tahun?
Jika ditempatkan ke instrumen investasi dengan imbah hasil 5% per tahun, pendapatan bunga majemuknya Rp 14,77 juta. Sementara biaya streaming itu sekitar Rp 15 juta dalam 25 tahun. Total aset dari pengalihan pengeluaran layanan musik streaming menjadi investasi senilai Rp 29,77 juta.
Latte Factor Dalam Ongkos Parkir
Andaikan kamu single, tetapi setiap hari kamu menyetir mobil ke kantor padahal rumah dekat dengan stasiun. Biaya langganan parkir Rp 350.000 per bulan atau sekitar Rp 4,2 juta per tahun. Jika anda mengalihkan pengeluaran ini menjadi investasi dengna imbah hasil 5% per tahun selama 25 tahun.
Total pengeluaran untuk langganan parkir mobil selama 25 tahun senilai Rp 105 juta. Total pendapatan bunga majemuk dengan imbah hasil 5% per tahun selama 25 tahun senilai Rp 103,42 juta. Total aset dari menghemat biaya parkir selama 25 tahun menjadi Rp 208,42 juta.
Jika kamu bisa menghemat banyak komponen dalam the latte factor, mungkin dalam 25 tahun ke depan anda tidak akan bingung dalam membiayai biaya pendidikan anak saat itu.